PENGANTAR FILSAFAT
Oleh:
M. SYAIFUDDIN
(ADMINISTRASI PUBLIK UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG)
PENGANTAR FILSAFAT
A. Pengertian Filsafat
1. Pengertian Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat secara
etimologi dalam bahasa Arab Falsafah dan dalam bahasa inggris di kenal dengan
istilah Philosophy. Sebenarnya kata Filsafat itu berasal dari bahasa
Yunani yakni Philosophia, yang mana kata itu berasal dari dua kata yaitu
Philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia
artinya kebijaksanaan. Sehingga secara Etimologi filsafat berarti cinta
kebijaksanaan ( love of Wisdom ). Kata filsafat itu sendiri pertama kali
digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM) yang mana arti filsafat pada saat itu
belum begitu jelas, kemudian pengertian Fisafat itu diperjelas seperti halnya
yang banyak dipakai sekarang ini oleh para kaum Sophist dan juga oleh
Socrates (470-399 SM).
2. Pengertian Filsafat
secara Terminologis
a.
Plato
Filsafat adalah
pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
b. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika,
logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
c. Al-Farabi
Filsafat adalah ilmu
(pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakekat yang sebenarnya.
d. Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu
(pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di
dalamnya tercakup masalah epistimologis yang menjawab persoalan apa yang dapat
kita ketahui.
e. Notonogoro
Filsafat itu menelaah
hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam,
yang tetap dan tidak berubah, yang disebut hakikat.
f. Ahmad Syamsir
Filsafat adalah berpikir modern
yang lepas dari dogma dan agama yang bermanfaat bagi manusia.
B. Objek Filsafat
1. Objek Material filsafat
Yaitu suatu bahan yang
menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di
selidiki. Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu
yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam
kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
a. Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang
menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya;
b. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada
secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia
(antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
2. Objek Formal filsafat
Yaitu sudut pandangan
yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu,
atau sudut dari mana objek material itu disorot. Contoh : Objek materialnya
adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda
sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi,
antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.
C. Metode Filsafat
1. Metode Kritis :
Socrates dan plato
Metode ini bersifat analisis istilah dan pendapat atau
aturan-aturan yang di kemukakan orang. Merupakan hermeneutika, yang menjelaskan
keyakinan dan memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog),
membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak yang akhirnya di temukan
hakikat.
2. Metode Intuitif : Plotinus dan Bergson
Dengan jalan metode intropeksi intuitif dan dengan
pemakaian simbol-simbol di usahakan membersihkan intelektual (bersama dengan
pencucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pemikiran. Sedangkan
bergson dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai
pemahaman langsung mengenai kenyataan.
3. Metode Skolastik : Aristoteles, Thomas Aquinas, filsafat abad
pertengahan.
Metode ini bersifat sintetis-deduktif dengan bertitik
tolak dari defenisi-defenisi atau prindip-prinsip yang jelas dengan sendirinya
ditarik kesimpulan-kesimpulan.
4. Metode Geometris : rene descartes dan pengikutnya
Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks dicapai
intiuisi akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang
lain), dari hakikat-hakikat itu di dedukasikan secara matematis segala
pengertian lainnya.
5. Metode Empiris :Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka
semua pengertian (ide-ide ) dalam intropeksi dibandingkan dengan cerapan-cerapan
(impresi) dan kemudian disusun bersama secara geometris.
6. Metode Transendental : Immanuel Kant dan Neo skolastik
Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian
tertentu, yaitu dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat apriori bagi
pengertian demikian.
7. Metode fenomenologis
: Husserl, Eksistensialisme
Yakni dengan jalan beberapa pemotongan sistematis
(reduction), refleksi atau fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan
hakikat-hakikat murni. Fenomelogi adalah suatu aliran yang membicarakan tentang
segala sesuatu yang menampakkan diri, atau yang membicarakan gejala.
8. Metode Dialektis : Hegel dan Marx
Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam
sendiri menurut triade tesis, antitetis, sistesis sebagai suatu hakikat kenyataan dicapai.
Dialektis itu di ungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu dua pengertian yang
bertentangan kemudian didamaikan (tesis-antitesis-sintesis).
9. Metode Non-positivistis
Kenyataan yang dipahami menurut hakikatnya dengan
jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif
(eksakta).
10. Metode analitika bahasa : Wittgenstein
Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan
sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis. Metode ini dinilai cukup netral
sebab tidak sama sekali mengendalikan salah satu filsafat. Keistimewaannya
adalah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa didasarkan kepada penelitian
bahasa yang logis.
D. Ciri-ciri Filsafat
Menurut Drs. Suyadi MP dan Drs. Sri Suprapto
widodonongrat ciri filsafat adalah menyeluruh, mendasar dan spekulatif.
Sedangkan Sunoto menyebutkan ciri-cirinya adalah deskriptip, kritik atau
analitik, evaluatif atau normativ, spekulatif dan sistematik.
E. Asal dan Peranan filsafat
1. Asal filsafat
Menurut Aristoteles filsafat dimulai dengan suatu
thauma (rasa kagum) yang timbul dari suatu aporia, yakni suaut kesulitan yang
dialami karena adanya percakapan-percakapan yang saling kontradiksi. Istilah
aporia dari bahasa Yunani juga berarti problema, pertanyaan atau “tanpa jalan
ke keluar”. Hasrat akan mengerti itu menyatakan diri dalam bermacam-macam
pertanyaan-pertanyaan yang sungguh-sungguh tak mudah dijawab dengan sekaligus. Akhirnya
timbul dorongan untuk mengerti atau mengetahui, yang mana dorongan untuk
mengerti timbul dari kodrat manusia, akhirnya mnausia berfilsafat untuk
menemukan jawaban atau kebenaran tersebut. Ada tiga peranan yang mendorong
manusia untuk berfilsafat, yaitu:
a. Keheranan
b. Kesangsian
c. Kesadaran akan
keterbatasan
2. Peranan filsafat
a. Sebagai Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan
dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam
alam mistik yang penuh sesak dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat
berbagai mitos dan mite. Keadaan tersebut berlangsung cukup lama dan kehadiran
filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral yang
selama itu tidak boleh digugat.
b. Sebagai Pembebas
Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan
kebodohannya. Demikian pula filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara
berpikiryang mistis dan mitis.
c. Sebagai Pembimbing
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang
mistik mitis dengan membimbing manusia untuk berpikir secara rasional.
Membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan
membbimbing untuk berpikir lebih luas dan mendalam.
F. Pembagian ( cabang-cabang) filsafat
Berikut ini pengertian dari cabang-cabang filsafat
yang utama:
1. Logika, adalah cabang filsafat yang menyelildiki lurus tidaknya pemikran
kita.
2. Epistemologi, adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang
terjadinya pengetauan, sumber pengetahuan, asla mula pengetahuan, batas-batas,
sifat, metode dan kesahihan pengetahuan.
3. Etika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau
perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk.
4. Estetika, adalah cabang filsafat
yang membicarakan tentang keindahan
5. Metafisika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada
atau membicarakan sesuatu di sebalik yang tampak.
G. Mazhab Filsafat
Mazhab adalah haluan/ aliran. Ada juga yang mengaitkan golongan pemikir
yang sepaham dalam teori, ajaran, aliran tertentu dibidang ilmu, cabang
kesenian, dsb, dan berusaha untuk memajukan hal itu.
1.Rasionalisme
Mulai muncul pada abad 17. Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio/ akal. Pengalaman hanya dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah didapatkan oleh akal dan sesungguhnya akal tidak memerlukan pengalaman. Metode yang digunakan adalah metode adalah metode deduktif, yaitu suatu penawaran yang mengambil kesimpulan dari sutu kebenaran yang bersifat umum untuk ditetapkan kepada hal-hal yang khusus. Tokoh rasionalisme yang terkenal Rene Decartes (1596-1650).
Mulai muncul pada abad 17. Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio/ akal. Pengalaman hanya dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah didapatkan oleh akal dan sesungguhnya akal tidak memerlukan pengalaman. Metode yang digunakan adalah metode adalah metode deduktif, yaitu suatu penawaran yang mengambil kesimpulan dari sutu kebenaran yang bersifat umum untuk ditetapkan kepada hal-hal yang khusus. Tokoh rasionalisme yang terkenal Rene Decartes (1596-1650).
2.Empirisme
Muncul pada abad 17 dan merupakan kebalikan dari rasionalisme, berpendapat bahwa empiris/ pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman lahiriah maupun batiniah. Metode yang digunakan adalah metode induktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat khusus untuk diterapkan kepada hal-hal yang bersifat umum.
Orang yang pertama mengikuti mazhab ini adalah Thomas Hobbes (1588-1679).
3.Idealisme
Kata idealisme digunakan secara filosofis digunakan oleh Leibniz pada awal abad 18. idealisme berpendapat bahwa seluruh realitas itu bersifat spiritual/psikis dan materi yang bersifat fisik sebenarnya tidak ada.
Muncul pada abad 17 dan merupakan kebalikan dari rasionalisme, berpendapat bahwa empiris/ pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman lahiriah maupun batiniah. Metode yang digunakan adalah metode induktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat khusus untuk diterapkan kepada hal-hal yang bersifat umum.
Orang yang pertama mengikuti mazhab ini adalah Thomas Hobbes (1588-1679).
3.Idealisme
Kata idealisme digunakan secara filosofis digunakan oleh Leibniz pada awal abad 18. idealisme berpendapat bahwa seluruh realitas itu bersifat spiritual/psikis dan materi yang bersifat fisik sebenarnya tidak ada.
4.Positivisme
Berkembang pada abad 19, positivisme berpendirian bahwa pemikiran filsafat berpangkal dari apa yang telah ditetapkan, yang faktual, yang positif sehingga sesuatu yang sifatnya metafisik ditolak. Pengetahuan tidak boleh melewati fakta-fakta, dengan demikian ilmu pengetahuan empiris dijadikan contoh dalam bidang pengetahuan. Namun ada perbedaan dengan empirisme, yaitu positivisme hanya membatasi pada pengalaman obyektif yang tampak, tetapi empirisme menerima pengalaman-pengalaman batiniah/ pengalaman-pengalaman subyektif.
Tokoh yang terkenal dalam positivisme adalah August Comte.
5.Pragmatis
Muncul pada abad 19 dan dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1939-1914). Pragmatisme berpendapat bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Kriteria pragmatis juga digunakan dalam menentukan kebenaran ilmiah dilihat dari perspektif waktu.
6.Fenomonolgi
Dicetuskan oleh Edmund Husserl seorang ahli filasafat dari Jerman pada abad ke-20. Aliran ini menekankan pada observasi yang sangat teliti terhadap suatu hal.
7.Eksistensi
Muncul pada abad ke-20 dicetuskan oleh Simone de Beauvoir (1908-1986) dan Jean-Paul Sartre, (1905-1980). Berpendapat bahwa adalah merupakan kekejaman untuk meletakkan hakikat manusia yang bersifat khas dan individual dibawah tirani pengetahuan yang bersifat umum. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang berfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dalam kehidupan ini.
Berkembang pada abad 19, positivisme berpendirian bahwa pemikiran filsafat berpangkal dari apa yang telah ditetapkan, yang faktual, yang positif sehingga sesuatu yang sifatnya metafisik ditolak. Pengetahuan tidak boleh melewati fakta-fakta, dengan demikian ilmu pengetahuan empiris dijadikan contoh dalam bidang pengetahuan. Namun ada perbedaan dengan empirisme, yaitu positivisme hanya membatasi pada pengalaman obyektif yang tampak, tetapi empirisme menerima pengalaman-pengalaman batiniah/ pengalaman-pengalaman subyektif.
Tokoh yang terkenal dalam positivisme adalah August Comte.
5.Pragmatis
Muncul pada abad 19 dan dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1939-1914). Pragmatisme berpendapat bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Kriteria pragmatis juga digunakan dalam menentukan kebenaran ilmiah dilihat dari perspektif waktu.
6.Fenomonolgi
Dicetuskan oleh Edmund Husserl seorang ahli filasafat dari Jerman pada abad ke-20. Aliran ini menekankan pada observasi yang sangat teliti terhadap suatu hal.
7.Eksistensi
Muncul pada abad ke-20 dicetuskan oleh Simone de Beauvoir (1908-1986) dan Jean-Paul Sartre, (1905-1980). Berpendapat bahwa adalah merupakan kekejaman untuk meletakkan hakikat manusia yang bersifat khas dan individual dibawah tirani pengetahuan yang bersifat umum. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang berfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dalam kehidupan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Latif, Mukhtar. 2014. Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat
Ilmu. Jakarta: Kencana.
Salam,
Burhanudin. 2003. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wiramihardja, Sutardjo.
2009. Pengantar Filsafat: Sistematika Filsafat, Sejarah Filsafat, Logika dan
Filsafat Ilmu ( Epistemologi), Metafisika, dan Filsafat Manusia Aksiologi.
Bandung: Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar