Minggu, 16 April 2017

Pengantar Pemahaman Terhadap Filsafat



PENGANTAR FILSAFAT

Oleh:

M. SYAIFUDDIN

(ADMINISTRASI PUBLIK UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG)

PENGANTAR FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat
1. Pengertian Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat secara etimologi dalam bahasa Arab Falsafah  dan dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah Philosophy. Sebenarnya kata Filsafat itu berasal dari bahasa Yunani yakni Philosophia, yang mana kata itu berasal dari dua kata yaitu Philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Sehingga secara Etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan ( love of Wisdom ). Kata filsafat itu sendiri pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM) yang mana arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian Fisafat itu diperjelas seperti halnya yang banyak dipakai sekarang ini oleh para kaum Sophist dan juga oleh Socrates (470-399 SM).
2. Pengertian Filsafat secara Terminologis
   a. Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
b. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
c. Al-Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakekat yang sebenarnya.
d. Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistimologis yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.

e. Notonogoro
Filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan tidak berubah, yang disebut hakikat.
f. Ahmad Syamsir
     Filsafat adalah berpikir modern yang lepas dari dogma dan agama yang bermanfaat bagi manusia.

B. Objek Filsafat
1. Objek Material filsafat
Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki. Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
a. Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya;
b. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
2. Objek Formal filsafat
Yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot. Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.
C. Metode Filsafat
1. Metode Kritis : Socrates dan plato
Metode ini bersifat analisis istilah dan pendapat atau aturan-aturan yang di kemukakan orang. Merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog), membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak yang akhirnya di temukan hakikat.

2. Metode Intuitif : Plotinus dan Bergson
Dengan jalan metode intropeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan membersihkan intelektual (bersama dengan pencucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pemikiran. Sedangkan bergson dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
3. Metode Skolastik : Aristoteles, Thomas Aquinas, filsafat abad pertengahan.
Metode ini bersifat sintetis-deduktif dengan bertitik tolak dari defenisi-defenisi atau prindip-prinsip yang jelas dengan sendirinya ditarik kesimpulan-kesimpulan.
4. Metode Geometris : rene descartes dan pengikutnya
Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks dicapai intiuisi akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakikat-hakikat itu di dedukasikan secara matematis segala pengertian lainnya.
5. Metode Empiris :Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide ) dalam intropeksi dibandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian disusun bersama secara geometris.
6. Metode Transendental : Immanuel Kant dan Neo skolastik
Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu, yaitu dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.
7. Metode fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme
Yakni dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atau fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni. Fenomelogi adalah suatu aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau yang membicarakan gejala.
8. Metode Dialektis : Hegel dan Marx
Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri menurut triade tesis, antitetis, sistesis  sebagai suatu hakikat kenyataan dicapai. Dialektis itu di ungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu dua pengertian yang bertentangan kemudian didamaikan (tesis-antitesis-sintesis).
9. Metode Non-positivistis
Kenyataan yang dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).
10. Metode analitika bahasa : Wittgenstein
Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis. Metode ini dinilai cukup netral sebab tidak sama sekali mengendalikan salah satu filsafat. Keistimewaannya adalah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa didasarkan kepada penelitian bahasa yang logis.
D. Ciri-ciri Filsafat
Menurut Drs. Suyadi MP dan Drs. Sri Suprapto widodonongrat ciri filsafat adalah menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Sedangkan Sunoto menyebutkan ciri-cirinya adalah deskriptip, kritik atau analitik, evaluatif atau normativ, spekulatif dan sistematik.
E. Asal dan Peranan filsafat
1. Asal filsafat
Menurut Aristoteles filsafat dimulai dengan suatu thauma (rasa kagum) yang timbul dari suatu aporia, yakni suaut kesulitan yang dialami karena adanya percakapan-percakapan yang saling kontradiksi. Istilah aporia dari bahasa Yunani juga berarti problema, pertanyaan atau “tanpa jalan ke keluar”. Hasrat akan mengerti itu menyatakan diri dalam bermacam-macam pertanyaan-pertanyaan yang sungguh-sungguh tak mudah dijawab dengan sekaligus. Akhirnya timbul dorongan untuk mengerti atau mengetahui, yang mana dorongan untuk mengerti timbul dari kodrat manusia, akhirnya mnausia berfilsafat untuk menemukan jawaban atau kebenaran tersebut. Ada tiga peranan yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu:
a. Keheranan
b. Kesangsian
c. Kesadaran akan keterbatasan
2. Peranan filsafat
a. Sebagai Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite. Keadaan tersebut berlangsung cukup lama dan kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral yang selama itu tidak boleh digugat.
b. Sebagai Pembebas
Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian pula filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikiryang mistis dan mitis.
c. Sebagai Pembimbing
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistik mitis dengan membimbing manusia untuk berpikir secara rasional. Membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membbimbing untuk berpikir lebih luas dan mendalam.
F. Pembagian ( cabang-cabang) filsafat
Berikut ini pengertian dari cabang-cabang filsafat yang utama:
1. Logika, adalah cabang filsafat yang menyelildiki lurus tidaknya pemikran kita.
2. Epistemologi, adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetauan, sumber pengetahuan, asla mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan.
3. Etika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk.
4.  Estetika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan
5. Metafisika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada atau membicarakan sesuatu di sebalik yang tampak.
G. Mazhab Filsafat
Mazhab adalah haluan/ aliran. Ada juga yang mengaitkan golongan pemikir yang sepaham dalam teori, ajaran, aliran tertentu dibidang ilmu, cabang kesenian, dsb, dan berusaha untuk memajukan hal itu.
1.Rasionalisme
Mulai muncul pada abad 17. Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio/ akal. Pengalaman hanya dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah didapatkan oleh akal dan sesungguhnya akal tidak memerlukan pengalaman. Metode yang digunakan adalah metode adalah metode deduktif, yaitu suatu penawaran yang mengambil kesimpulan dari sutu kebenaran yang bersifat umum untuk ditetapkan kepada hal-hal yang khusus. Tokoh rasionalisme yang terkenal Rene Decartes (1596-1650).
2.Empirisme
Muncul pada abad 17 dan merupakan kebalikan dari rasionalisme, berpendapat bahwa empiris/ pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman lahiriah maupun batiniah. Metode yang digunakan adalah metode induktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat khusus untuk diterapkan kepada hal-hal yang bersifat umum.
Orang yang pertama mengikuti mazhab ini adalah Thomas Hobbes (1588-1679).
 3.Idealisme
Kata idealisme digunakan secara filosofis digunakan oleh Leibniz pada awal abad 18. idealisme berpendapat bahwa seluruh realitas itu bersifat spiritual/psikis dan materi yang bersifat fisik sebenarnya tidak ada.
4.Positivisme
Berkembang pada abad 19, positivisme berpendirian bahwa pemikiran filsafat berpangkal dari apa yang telah ditetapkan, yang faktual, yang positif sehingga sesuatu yang sifatnya metafisik ditolak. Pengetahuan tidak boleh melewati fakta-fakta, dengan demikian ilmu pengetahuan empiris dijadikan contoh dalam bidang pengetahuan. Namun ada perbedaan dengan empirisme, yaitu positivisme hanya membatasi pada pengalaman obyektif yang tampak, tetapi empirisme menerima pengalaman-pengalaman batiniah/ pengalaman-pengalaman subyektif.
Tokoh yang terkenal dalam positivisme adalah August Comte.
5.Pragmatis
Muncul pada abad 19 dan dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1939-1914). Pragmatisme berpendapat bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Kriteria pragmatis juga digunakan dalam menentukan kebenaran ilmiah dilihat dari perspektif waktu.
6.Fenomonolgi
Dicetuskan oleh Edmund Husserl  seorang ahli filasafat dari Jerman pada abad ke-20. Aliran ini menekankan pada observasi yang sangat teliti terhadap suatu hal.
7.Eksistensi
Muncul pada abad ke-20 dicetuskan oleh Simone de Beauvoir (1908-1986) dan Jean-Paul Sartre, (1905-1980). Berpendapat bahwa adalah merupakan kekejaman untuk meletakkan hakikat manusia yang bersifat khas dan individual dibawah tirani pengetahuan yang bersifat umum. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang berfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dalam kehidupan ini.




DAFTAR PUSTAKA
Latif, Mukhtar.  2014. Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu. Jakarta: Kencana.
Salam, Burhanudin. 2003. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiramihardja, Sutardjo. 2009. Pengantar Filsafat: Sistematika Filsafat, Sejarah Filsafat, Logika dan Filsafat Ilmu ( Epistemologi), Metafisika, dan Filsafat Manusia Aksiologi. Bandung: Refika Aditama








Tidak ada komentar:

Posting Komentar