DIMENSI KAJIAN FILSAFAT ILMU
Oleh:
M. SYAIFUDDIN
(ADMINISTRASI PUBLIK UIN SUNAN
GUNUNG DJATI ABNDUNG)
DIMENSI KAJIAN FILSAFAT ILMU
A. Dimensi
Ontologi
1. Pengertian
Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu on/ontos yang berati ada, dan logos yang berarti ilmu.
Ontologi merupakan ilmu yang
mengkaji tentang realita yang ada atau ilmu yang membicarakan hakikat sesuatu
yang ada. Pembahasan tentang ontology sebagai dasar ilmu berusaha untuk
menjawab “apa”,
Ontology menyelidiki sifat dasar
dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas
dari kategori–kategori yang logis yang berlainan(objek-objek fisis,hal
universal,abstraksi) dapat dikatakana ada.
2. Objek Kajian
Ontologi
Objek telahan ontology adalah yang
ada ,yaitu ada individu,ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas,ada
universal,ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika,dan ada sesudah
kematian maupun sumber segala ada ,yaitu Tuhan Yang Maha Esa, pencipta dan
pengatur alam semesta.
a) metode dalam
ontology Lorens Bagus memperkenalkan 3 tingkat abstraksi dalam ontologi
1.
abstraksi fisik, menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek
2. abstraksi bentuk,mendiskripsikan
metafisik mengenai prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas.
3.
abstraksi metafisik,merupakan abstraksi yang di jangkau oleh ontologi
b) metafisika, merupakan
cabang filsafat yang membicarakan membicarakan sesuatu yang bersifat
‘keluarbiasaan’,atau hal-hal yang tidak alami,serta berada diluar kebiasaan.
c) asumsi, pendapat
yang telah didukung oleh teori dan fakta yang dapat dibiktikan secara rasional.
3. Aliran–aliran
dalam Ontologi
a) Aliran
monoisme, paham yang menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan
itu hanya ada satu saja ,tidak mungkin dua.
b) Aliran
dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua paham yang saling
bertentangan yaitu materialisme dan idealisme.Menurut aliran dualism materi
maupun ruh sama-sama merupakan hakikat.
c) Aliran
pluralism, berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan.Menyatakan bhwa kenyataan ala mini tersusun dari banyak unsure,lebih
dari satu atau dua entitas.
d) Aliran
nikhilisme, menyatakan bahwa dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas
manusia, tidak mengakui adanya validitas alternative positif.
e) Aliran
agnotisisme, menganut paham bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat
sesuatu di balik kenyataanya.Mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat benda,materi maupun hakikat ruhani.
B. Dimensi
Epistemologi
1. Pengertian Epistomologi
Epistemologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu Episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang
berarti ilmu.
Epistemologi disebut juga dengan
teori pengetahuan (theoryof knowledge) , yaitu cabang filsafat yang mempelajari
studi tentang pengetahuan atau proses/metode untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar.
2. Metode dalam Epistemologi
a) Metode Induktif,
metode yang menyampaikan pernyataan-pernyataan hasil observasi dan disimpulkan
dalam suatu pernyataan yang kebih umum.
b) Metode
Deduktif, metode yang menyimpulkan bahwa data-data empiris diolah lebih lanjut
dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
c) Metode Positivisme,
metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang
positif.
d) Metode Kontemplatif,
metode ini mengatakan adanya keterbatasan indra dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda, harusnya
dikembangkan satu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
e) Metode Dialektis,
mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat, Plato
mengartikannya sebagai diskusi logika.
3. Persyaratan
Epistemologi
Persyaratan menurut Conny R.Semiawan:
a) dasar
pembenaran, menuntut pengaturan kerja ilmiah yang diarahkan pada perolehan
derajat kepastian sebesar mungkin.
b) sistemik,
terdapat sistem di dalam susunan suatu pengetahuan ilmiah (produk) dan didalam
cara memperoleh pengetahuan ilmiah itu (proses,metode)
c) intersubjektif,
menunjukan bahwa pengetahuan yang telah diperoleh seorang subjek harus
mengalami verifikasi oleh subjek-subjek lain supaya pengetahuan itu lebih
terjamin keabsahannya atau kebenaranya walaupun secara tersirat tampaknya makna
verifikasi terkandung dalam istilah objektif.
4. Aliran-Aliran Epistemologi
a) Rasionalisme
aliran ini berpandapat bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dari akal menentukan
hasil keputusan atau pemikiran.
b) Empirisme,
aliran ini berpandapat bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman.
c) Fenomenalisme, aliran ini
berpandapat bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dari fenomena-fenomena yang
dilhat, kemudian disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.
d) Intuisionisme, aliran ini
berpandapat bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dengan menggunakan sarana intuisi.
C. Dimensi
Aksiologis
1. Pengertian Aksiologis
Aksiologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu axios yang berarti
nilai dan logos yang berarti ilmu.
Aksiologi adalah
ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai,yang umumnya ditinjau dari
sudut pandang kefilsafatan, juga menunjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita
perhatikan di dalam menerapkan ilmu kedalam praktis.
2. Objek Aksiologis
Dilihat dari jenisnya terdapat
2 bagian umum yang membangun filsafat ilmu ini yaitu meliputi:
a) Etika, yaitu
kajian tentang hakikat moral dan keputusan (kegiatan menilai), etika sebagai
prinsip atau standar perilaku manusia yang kadang-kadang disebut dengan
moral. Makna etika dipakai dalam dua bentuk, pertama etika sebagai suatu kumpulan
pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia, kedua
merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan–perbuatan.
b) Estetika,
yaitu kajian yang mempelajari tentang hakikat keindahan di dalam seni. Estetika merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang hekikat
indah dan buruk. Estetika membantu mengarahkan dalam membentuk suatu persepsi
yang baik dari suatu pengetahuan ilmiah agar ia dapat dengan mudah dipahami
oleh khalayak luas.
3. Aliran Aksiologis
a) Progressivisme,
menurut progressivisme, nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa. dengan
demikian, adanya pergaulan dalam masyarakat dapat menimbulkan nilai-nilai. Tokoh
yang berpengaruh dalam aliran ini adalah William James (1842-1910), Hans Vahinger,
Ferdinant Sciller, Georger Santayana, dan Jhon Dewey
b) Essensialisme,
bagi aliran ini, nilai-nilai berasal dari pandangan-pandangan idealisme dan
realisme karena aliran essensialisme terbina dari dua pandangan tersebut. Tokoh
yang berpengaruh dalam aliran ini adalah Desiderius Erasmus,
John Amos Comenius (1592- 1670), John Locke (1632-1704), John Hendrick
Pestalalozzi (1746-1827), John Frederich Frobel (1782-1852), Johann
Fiedirich Herbanrth (1776-1841),dan William T. Horris (1835-1909).
c) Perenialisme
Perenialisme
memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan
yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpangsiuran. Berhubung
dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan
moral, intelektual dan lingkungan sosial dan kultural yang lain. Sedangkan menyangkut nilai aliran ini
memandangnya berdasarkan asas-asas ‘supernatular‘, yakni menerima
universal yang abadi. Dengan asas seperti itu, tidak hanya ontologi, dan epistemologi
yang didasarkan pada teologi dan supernatural, tetapi juga aksiologi. Tingkah
laku manusia dipengaruhi oleh potensi kebaikan dan keburukan yang ada pada
dirinya. Masalah nilai merupakan hal yang utama dalam perenialisme, karena ia
berdasarkan pada asas supernatural yaitu menerima universal yang abadi,
khususnya tingkah laku manusia. Jadi hakikat manusia terletak pada jiwanya.
Oleh karena itulah hakikat manusia itu juga menentukan hakikat
perbuatan-perbuatannya. Tokoh utama aliran ini diantaranya Aristoteles
(394 SM) St. Thomas Aquinas.
d) Rekonslruksionisme,
adalah aliran yang berusaha merombak kebudayaan modern. Sejalan dengan
pandangan perenialisme yang memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman
kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan,dan kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksionalisme dalam memecahkan masalah, mengembalikan kebudayaan
yang serasi dalam kehidupan manusia yang memerlukan kerja sama.
DAFTAR PUSTAKA
Latif, Mukhtar. 2014. Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat
Ilmu. Jakarta: Kencana.
Mustansyir, Rizal &
Misnal Munir. 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surajiyo. 2010. Filsafat
Ilmu & Perkembangnya di Indonesia
Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Susanto, A. 2011. Filsafat
Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis.
Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar