Minggu, 16 April 2017

Dimensi Kajian Filsafat Ilmu

DIMENSI KAJIAN FILSAFAT ILMU

Oleh:

M. SYAIFUDDIN

(ADMINISTRASI PUBLIK UIN SUNAN GUNUNG DJATI ABNDUNG)

DIMENSI KAJIAN FILSAFAT ILMU

A. Dimensi Ontologi
1. Pengertian Ontologi

Ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu on/ontos yang berati ada, dan logos yang berarti ilmu.
Ontologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang realita yang ada atau ilmu yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Pembahasan tentang ontology sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa”,
Ontology menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas dari kategori–kategori yang logis yang berlainan(objek-objek fisis,hal universal,abstraksi) dapat dikatakana ada.
2.  Objek Kajian Ontologi
Objek telahan ontology adalah yang ada ,yaitu ada individu,ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas,ada universal,ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika,dan ada sesudah kematian maupun sumber segala ada ,yaitu Tuhan Yang Maha Esa, pencipta dan pengatur alam semesta.
a)      metode dalam ontology Lorens Bagus memperkenalkan 3 tingkat abstraksi dalam ontologi
1.   abstraksi fisik, menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek
2. abstraksi bentuk,mendiskripsikan metafisik mengenai prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas.
3.  abstraksi metafisik,merupakan abstraksi yang di jangkau oleh ontologi
b)   metafisika, merupakan cabang filsafat  yang membicarakan membicarakan sesuatu yang bersifat ‘keluarbiasaan’,atau hal-hal yang tidak alami,serta berada diluar kebiasaan.
c)   asumsi, pendapat yang telah didukung oleh teori dan fakta yang dapat dibiktikan secara rasional.
3.  Aliran–aliran dalam Ontologi
a)    Aliran monoisme, paham yang menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanya ada satu saja ,tidak mungkin dua.
b)   Aliran dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua paham yang saling bertentangan yaitu materialisme dan idealisme.Menurut aliran dualism materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat.
c)    Aliran pluralism, berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.Menyatakan bhwa kenyataan ala mini tersusun dari banyak unsure,lebih dari satu atau dua entitas.
d)   Aliran nikhilisme, menyatakan bahwa dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia, tidak mengakui adanya validitas alternative positif.
e)  Aliran agnotisisme, menganut paham bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu di balik kenyataanya.Mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda,materi maupun hakikat ruhani.
B. Dimensi Epistemologi
1. Pengertian Epistomologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti ilmu.
Epistemologi disebut juga dengan teori pengetahuan (theoryof knowledge) , yaitu cabang filsafat yang mempelajari studi tentang pengetahuan atau proses/metode untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
2. Metode dalam Epistemologi
a)  Metode Induktif, metode yang menyampaikan pernyataan-pernyataan hasil observasi dan disimpulkan dalam suatu pernyataan yang kebih umum.
b)  Metode Deduktif, metode yang menyimpulkan bahwa data-data empiris diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
c)   Metode Positivisme, metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif.
d)    Metode Kontemplatif, metode ini mengatakan adanya keterbatasan indra dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda, harusnya dikembangkan satu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
e)    Metode Dialektis, mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat, Plato mengartikannya sebagai diskusi logika.



3.  Persyaratan Epistemologi
Persyaratan menurut Conny R.Semiawan:
a)   dasar pembenaran, menuntut pengaturan kerja ilmiah yang diarahkan pada perolehan derajat kepastian sebesar mungkin.
b)   sistemik, terdapat sistem di dalam susunan suatu pengetahuan ilmiah (produk) dan didalam cara memperoleh pengetahuan ilmiah itu (proses,metode)
c)    intersubjektif, menunjukan bahwa pengetahuan yang telah diperoleh seorang subjek harus mengalami verifikasi oleh subjek-subjek lain supaya pengetahuan itu lebih terjamin keabsahannya atau kebenaranya walaupun secara tersirat tampaknya makna verifikasi terkandung dalam istilah objektif.
4. Aliran-Aliran Epistemologi
a)    Rasionalisme aliran ini berpandapat bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dari akal menentukan hasil keputusan atau pemikiran.
b)    Empirisme, aliran ini berpandapat bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman.
c) Fenomenalisme, aliran ini berpandapat bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dari fenomena-fenomena yang dilhat, kemudian disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.
d) Intuisionisme, aliran ini berpandapat bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dengan menggunakan sarana intuisi.
C.  Dimensi Aksiologis
1. Pengertian Aksiologis
       Aksiologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu axios yang berarti nilai dan logos yang berarti ilmu.     
      Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai,yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan, juga menunjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu kedalam praktis.


2.   Objek Aksiologis
Dilihat dari jenisnya  terdapat 2 bagian umum yang membangun filsafat ilmu ini yaitu meliputi:
a)     Etika, yaitu kajian tentang hakikat moral dan keputusan (kegiatan menilai), etika sebagai prinsip atau standar perilaku manusia  yang kadang-kadang disebut dengan moral. Makna etika dipakai dalam dua bentuk, pertama etika sebagai suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia, kedua merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan–perbuatan.
b)    Estetika, yaitu kajian yang mempelajari tentang hakikat keindahan di dalam seni. Estetika merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang hekikat indah dan buruk. Estetika membantu mengarahkan dalam membentuk suatu persepsi yang baik dari suatu pengetahuan ilmiah agar ia dapat dengan mudah dipahami oleh khalayak luas.
3. Aliran Aksiologis
a) Progressivisme, menurut progressivisme, nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa. dengan demikian, adanya pergaulan dalam masyarakat dapat menimbulkan nilai-nilai. Tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini adalah William James (1842-1910), Hans Vahinger, Ferdinant Sciller,  Georger Santayana, dan Jhon Dewey
b) Essensialisme, bagi aliran ini, nilai-nilai berasal dari pandangan-pandangan idealisme dan realisme karena aliran essensialisme terbina dari dua pandangan tersebut. Tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini   adalah  Desiderius Erasmus, John Amos Comenius (1592- 1670), John Locke (1632-1704), John Hendrick Pestalalozzi (1746-1827),  John Frederich Frobel (1782-1852), Johann Fiedirich Herbanrth (1776-1841),dan William T. Horris (1835-1909).
c) Perenialisme
Perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpangsiuran. Berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral, intelektual dan lingkungan sosial dan kultural yang lain.  Sedangkan menyangkut nilai aliran ini memandangnya berdasarkan asas-asas ‘supernatular‘, yakni menerima universal yang abadi. Dengan asas seperti itu, tidak hanya ontologi, dan epistemologi yang didasarkan pada teologi dan supernatural, tetapi juga aksiologi. Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh potensi kebaikan dan keburukan yang ada pada dirinya. Masalah nilai merupakan hal yang utama dalam perenialisme, karena ia berdasarkan pada asas supernatural yaitu menerima universal yang abadi, khususnya tingkah laku manusia. Jadi hakikat manusia terletak pada jiwanya. Oleh karena itulah hakikat manusia itu juga menentukan hakikat perbuatan-perbuatannya. Tokoh utama aliran  ini diantaranya  Aristoteles (394 SM) St. Thomas Aquinas.
d) Rekonslruksionisme, adalah aliran yang berusaha merombak kebudayaan modern. Sejalan dengan pandangan perenialisme yang memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan,dan kesimpangsiuran. Aliran rekonstruksionalisme dalam memecahkan masalah, mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan manusia yang memerlukan kerja sama.











DAFTAR PUSTAKA
Latif, Mukhtar.  2014. Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu. Jakarta: Kencana.
Mustansyir, Rizal & Misnal Munir. 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:  Pustaka Pelajar.
Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu &  Perkembangnya di Indonesia Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar