PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Oleh:
M. SYAIFUDDIN
(ADMINISTRASI PUBLIK UIN SUNAN
GUNUNG DJATI ABNDUNG)
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
A. Pengertian Filsafat ilmu
Filsafat ilmu adalah
salah satu cabang dari pada filsafat. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah
proses penyelidikan ilmiah itu sendiri. Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory
of science (teori ilmu), metascience (Adi-ilmu), dan science of
science (ilmu tentang ilmu).
Adapun filsafat ilmu terdiri dari dua kata yaitu
filsafat dan ilmu, yang mana Filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia,
dan terdiri dari kata Philos yang berarti kesukaan atau kecintaan
terhadap sesuatu, dan kata Sophia yang berarti kebijaksanaan. Secara
harafiah, filsafat diartikan sebagai suatu kecintaan terhadap kebijaksanaan (kecenderungan
untuk menyenangi kebijaksanaan), hikmah atau pengetahuan yang mendalam. Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu (ilm) berasal dari
kata alima yang artinya mengetahui. Jadi ilmu secara harfiah
tidak terlalu berbeda dengan science yang berasal dari kata scire.
Ilmu berbeda dengan pengetahuan. Ilmu
merupakan kumpulan pengetahuan yang tersistematis, sedangkan pengetahuan
merupakan sesuatu yang diketahui oleh manusia.
Filsafat ilmu secara umum dapat difahami dari dua
sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis bagi proses
keilmuan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari
ilmu filsafat yang membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang
memiliki sifat dan kharakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat pada
umumnya. Sementara itu, filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses
keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.
Pengertian Filsafat Ilmu Menurut para ahli:
1. Robert Ackerman
Filsafat ilmu adalah
suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan
perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari
pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu
kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
2. Lewis White Beck
Filsafat ilmu adalah
ilmu yang membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta
mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3. Michael V. Berry
Filsafat Ilmu adalah
penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan
antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.
4. May Brodbeck
Filsafat Ilmu adalah
analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan
mengenai landasan-landasan ilmu.
B. Objek Kajian Filsafat Ilmu
1. Objek material
Objek material adalah
objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu, atau objek yang
dipelajari oleh suatu ilmu. Adapun yang menjadi objek material atau pokok
bahasan filsafat ilmu adalah ilmu itu sendiri, yaitu pengetahuan yang disusun
secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan
kebenaranya secara umum.
2. Objek Formal
Objek formal adalah
sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Karena setiap
ilmu pasti berbeda objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat
(esensi) ilmu pengetahuan, artinya ilmu pengetahuan lebih menaruh perhatian
terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti: apa hakikat ilmu
itu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah? Apa fungsi ilmu
pengetahan itu bagi manusia? Sehingga hal inilah yang menjadi permasalahan
dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan, yakni landasan ontologis,
epistimologis, dan aksiologis.
C. Tujuan Mempelajari Filsafat Ilmu
Manfaat mempelajarinya, yaitu:
1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian
penalaran ilmiah, sehingga seorang menjadi memiliki sikap kritis terhadap
kegiatan ilmiah;
2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji,
dan mengkritik asumsi dan metode keilmuan, sebab kecenderungan yang terjadi
dikalangan para ilmuan modern adalah menerapkan suatu metode tanpa
memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri;
3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap
metode keilmuan. Karena setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus bisa
dipertanggung jawabkan secara logis dan rasional, agar dapat dipahami dan juga
bisa menjadi konsumsi khalayak umum. Karena semakin luas penerimaan dan
penggunaan suatu metode ilmiah, maka semakin valid metode tersebut.
D. Periodisasi
Perkembangan Ilmu
1. Zaman
Pra Yunani Kuno
Pada zaman ini,
secara umum terbagi menjadi tiga fase. Pertama, zaman Batu Tua yang
berlangsung 4 juta tahun SM (Sebelum Masehi) sampai 20.000/10.000 SM. Pada
zaman ini telah mempunyai beberapa ciri khas, di antaranya adalah menggunakan
alat-alat sederhana yang dibuat dari batu dan tulang, mengenal
cocok taman dan beternak, dan dalam kehidupan sehari-hari didasari dengan
pengamatan primitif menggunakan sistem “trial and error” (mencoba-coba dan
salah) kemudian bisa berkembang menjadi “know how“.
2. Zaman
Yunani Kuno
Zaman ini
berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini
menggunakan sikap “an inquiring attitude (suatu sikap
yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis)”, dan tidak menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap “receptive attitude mind (sikap
menerima segitu saja)”. Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur.
Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya (Zaman Hellenisme) di
bawah pimpinan Iskandar Agung (356 – 323 SM) dari Macedonia, yang merupakan salah seorang murid
Aristoteles.
3. Zaman Renaissance
Zaman ini
berlangsung dari abad 14 M sampai dengan abad 17 M. Renaissance sering diartikan dengan
kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali (rebirth), yaitu dilahirkannya
kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir. Zaman ini juga disebut
dengan peralihan dan kebangkitan ketika kebudayaan abad tengah mulai berubah
menjadi kebudayaan yang modern, dan pemikiran yang terbebas dari dogma-dogma
agama. Hal ini ditandai dengan lahirnya penemuan-penemuan baru.
4. Zaman Modern
Zaman ini
sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M. Tetapi, indikator yang nyata
terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung hingga abad 20 M. Hal ini
ditandai dengan ditandai dengan adanya penemuan-penemuan dalam bidang ilmiah.
Menurut Slamet Iman Sontoso, dalam buku yang disusun oleh Tim Dosen Filsafat
Ilmu UGM (2001:79) ada tiga sumber pokok yang menyebabkan berkembangnya ilmu
pengetahuan di Eropa dengan pesat, yaitu hubungan antara kerajaan Islam di
Semenanjung Liberia dengan negara Perancis, terjadinya Perang Salib dari tahun
1100-1300, dan jatuhnya Istambul ke tangan Turki pada tahun 1453.
5. Zaman Kontemporer
Zaman ini
bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini. Zaman ini
ditandai dengan adanya teknologi-teknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu
yang semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati
kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Hal ini
disebabkan karena fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek
materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta.
DAFTAR PUSTAKA
Latif, Mukhtar. 2014. Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat
Ilmu. Jakarta: Kencana.
Mustansyir, Rizal &
Misnal Munir. 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surajiyo. 2010. Filsafat
Ilmu & Perkembangnya di Indonesia
Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar